秋 の カレンダー
Jepang adalah sebuah negara kepulauan di Asia Timur. Letaknya di ujung barat Samudra Pasifik, di sebelah timur Laut Jepang, dan bertetangga dengan Republik Rakyat Cina, Korea Utara, Korea Selatan, dan Rusia. Pulau-pulau paling utara berada di Laut Okhotsk dan wilayah paling selatan berupa kelompok pulau-pulau kecil di Laut Cina Timur, tepatnya di sebelah selatan Okinawa yang bertetangga dengan Taiwan.
Jepang merupakan negara yang dijuluki Negara Matahari Terbit dan Negeri Sakura. Dikatakan demikian karena di Jepang mayoritas penduduknya beragama Shintou yang menyembah matahari sehingga disebut Negara Matahari Terbit. Sedangkan julukan Negeri Sakura diberikan karena banyak bunga sakura yang tumbuh di tanah Jepang. Bahkan untuk menyambut musim semi (haru), orang Jepang mempunyai suatu tradisi yang biasa disebut hanami (perayaan melihat bunga sakura) sebagai simbol kebahagiaan karena datangnya musim semi.
Hal tersebut di atas menunjukkan bahwa setiap budaya di Jepang memiliki arti atau makna tersendiri. Berbagai budaya tersebut juga dibedakan berdasarkan musim yang ada disana. Dalam makalah ini penulis akan membahas mengenai beberapa hari penting yang berlangsung pada musim gugur, diantaranya: Niihyaku Tooka, Higan, Aki Matsuri, dan Shichigosan.
Nihyaku Tooka ( 二百十日)
Risshun secara harfiah berarti “awal musim semi”, yaitu posisi dimana matahari pertama dalam pembagian satu tahun menjadi 24 posisi matahari menurut kalender tradisional Asia Timur. Risshun dimulai ketika matahari mencapai bujur langit dan berakhir ketika matahari mencapai bujur langit . Istilah risshun dipakai untuk menyebut hari ketika matahari tepat berada di bujur langit .
Di Jepang, hari sebelum risshun disebut “setsubun”. Hari ke-88 dihitung sejak risshun disebut “hachijuhachiya”. Daun teh yang dipetik pada hari ke-88 setelah risshun tidak terkena embun beku dan dipercaya sebagai daun teh kelas satu. Hari ke-200 risshun disebut “nihyaku hatsuka”, sementara hari ke-210 setelah risshun adalah “nihyaku tooka”. Nihyaku Tooka berlangsung sekitar tanggal 1 atau 2 September. Pada waktu ini banyak angin topan datang. Angin ini dapat merusakkan padi yang membuat petani menjadi sangat khawatir.
Higan ( 彼岸 )
Higan merupakan suatu masa selama 7 hari dimana siang dan malam memiliki panjang waktu yang sama. Higan terjadi pada musim semi yaitu sekitar tanggal 21 atau 22 Maret yang disebut Shunbun no Hi dan higan yang juga terjadi pada musim gugur yaitu sekitar tanggal 23 atau 24 September disebut Shubun no Hi.
Higan sendiri berarti “pantai yang lain”. Selama higan berlangsung, orang-orang mengunjungi makam keluarganya (ohaka mairi) untuk membersihkan makam dengan membawa bunga, kemenyan, barang yang disukai almarhum sebagai persembahan. Upacara ini sering disebut “O-higan” yang diberi awalan “O” untuk membuatnya terdengar sopan.
Oleh karena higan merupakan hari atau waktu perubahan musiman, ada pepatah yang menyebutkan “atsusa samusa mo higan made” yang berarti “higan merupakan batas panas dan dingin”. Selama Aki no Higan berlangsung, pemandangan umum adalah “Higanbana” yaitu bunga yang mekar pada saat higan. Dalam Bahasa Inggris disebut sebagai “Red Spider Lily” atau dalam Bahasa Latin dinamakan “Amaryllis cluster”. Bunga ini tumbuh secara liar di jalan dan dibudidayakan dan ditanam di sekitar rumah dan sawah untuk mengurangi hama seperti tikus, sebab bunga ini tumbuh dari umbi yang sangat beracun.
Namun bunga ini sulit bahkan tidak ditemukan di toko-toko bunga sebab bunga yang berwarna merah darah ini mengingatkan masyarakat Jepang tentang kematian, dan mereka percaya bahwa bunga tersebut merupakan semangat reinkarnasi para leluhur mereka. Selain berwarna merah ada pula Higanbana yang berwarna putih.
Aki Matsuri ( 秋 祭り)
Dari bulan September sampai bulan Oktober, setiap daerah di seluruh Jepang melaksanakan perayaan musim gugur. Perayaan ini dilaksanakan di kuil Shintou untuk berterimakasih pada dewa atas hasil panen yang melimpah pada musim gugur. Orang-orang merayakannya dengan mempersembahkan padi dan hasil bumi lainnya untuk kuil Shintou. Di halaman kuil tersebut, mereka pun menari sambil membawa usungan. Tarian tersebut pun mereka persembahkan untuk para dewa. Sementara di dalam rumah, orang-orang membuat berbagai masakan lezat dan merayakan festival tersebut dengan makan bersama.
Shichigosan ( 七五三 )
Shichigosan adalah hari festivalnya anak-anak Jepang yang berumur 3 dan 7 tahun untuk anak perempuan dan 3 dan 5 tahun untuk anak laki-laki. Shichigosan sendiri berasal dari kata “shichi” yang berarti “tujuh”, “go” yang berarti “lima”, dan “san” yang berarti “tiga”. Ini adalah suatu tradisi yang pada umumnya dilakukan oleh semua anak-anak Jepang jika saatnya tiba bagi mereka, para orang tua akan membawa mereka ke kuil lengkap dengan dandanannya. Biasanya setiap tahun diadakan pada tanggal 15 November atau suatu hari di akhir pekan yang paling dekat dengan tanggal tersebut, karena Shichigosan bukan merupakan hari libur nasional Jepang.
Bagi masyarakat Jepang, umur 3, 5, dan 7 tahun dianggap sebagai umur yang sangat penting dalam pertumbuhan seorang anak dan dipercaya sebagai tonggak sejarah dalam kehidupan serta angka-angka ganjil menurut tradisi Tionghoa dipercaya membawa keberuntungan. Di jaman dulu, angka kematian sangat tinggi sehingga lahir tradisi merayakan anak-anak yang berhasil mencapai usia tertentu di kalangan keluarga petani di Jepang. Tradisi ini kemudian meluas ke kalangan samurai yang menambahkan sejumlah upacara.
Anak perempuan dan laki-laki yang sudah berumur 3 tahun mengikuti upacara “Kamioki” yang menandakan mereka mulai diijinkan untuk membiarkan rambutnya tumbuh karena sebelum umur 3 tahun mereka diharuskan memotong rambut dengan potongan tertentu. Anak laki-laki yang sudah berumur 5 tahun mengikuti upacara “Hakama Gi” yang menandai untuk pertama kalinya memakai “hakama” dan “haori” yang diikatkan di pinggang dan seperti rok panjang dibiarkan memanjang sampai kira-kira pergelangan kakinya untuk pertama kalinya di depan umum.
Sedangkan anak perempuan yang sudah berumur 7 tahun mengikuti upacara “Obitoki Himo Otoshi” yang menandai pergantian kimono yang dipakai anak perempuan, dari yang bertali biasa menjadi kimono berikut “obi” seperti yang digunakan orang dewasa. Kesempatan Shichigosan ini sering dijadikan sebagai kesempatan pertama bagi anak perempuan untuk merias wajah.
Ada hal menarik lainnya yaitu tentang “Chitose Ame” yang berarti “gula-gula seribu tahun/permen seribu tahun”. Gula-gula ini diberikan kepada anak-anak ketika hari Shichigosan. Bentuknya panjang dan tipis dengan warna agak putih dan merah yang melambangkan kesehatan dan umur panjang. Chitose Ame diberikan dalam tas yang dihiasi gambar burung bangau dan kura-kura yang melambangkan umur panjang di Jepang. Biasanya gula-gula dibungkus dengan lembaran seperti kertas yang terbuat dari nasi yang bisa dimakan. Namun jaman sekarang orang-orang lebih memilih yang praktis yaitu dibungkus dengan plastik biasa.
Menurut Kalender Tionghoa, hari ke-15 merupakan hari baik dan semua hal yang dilakukan di hari tersebut dipercaya membawa keberuntungan, dan bulan 11 merupakan bulan selesai panen. Orang jaman kuno pergi ke kuil di bulan purnama untuk berterimakasih atas pertumbuhan anak serta memohon perlindungan agar anak tetap sehat dan dapat tumbuh hingga dewasa.
Sejak Kalender Gregorian digunakan di Jepang, perayaan dilangsungkan pada 15 November. Di jaman sekarang, waktu membawa anak ke kuil sebagai Shichigosan sudah disesuaikan dengan waktu libur orang tua. Anak boleh dibawa ke kuil kapan saja di sepanjang bulan November dan tidak harus persis di tanggal 15 November. Di Hokkaidou dan daerah-daerah dengan musim dingin yang sangat dingin, udara sudah dingin di sekitar 15 November sehingga perayaan dilakukan sebulan lebih awal yaitu tanggal 15 Oktober.
Jepang merupakan negara yang dijuluki Negara Matahari Terbit dan Negeri Sakura. Dikatakan demikian karena di Jepang mayoritas penduduknya beragama Shintou yang menyembah matahari sehingga disebut Negara Matahari Terbit. Sedangkan julukan Negeri Sakura diberikan karena banyak bunga sakura yang tumbuh di tanah Jepang. Bahkan untuk menyambut musim semi (haru), orang Jepang mempunyai suatu tradisi yang biasa disebut hanami (perayaan melihat bunga sakura) sebagai simbol kebahagiaan karena datangnya musim semi.
Hal tersebut di atas menunjukkan bahwa setiap budaya di Jepang memiliki arti atau makna tersendiri. Berbagai budaya tersebut juga dibedakan berdasarkan musim yang ada disana. Dalam makalah ini penulis akan membahas mengenai beberapa hari penting yang berlangsung pada musim gugur, diantaranya: Niihyaku Tooka, Higan, Aki Matsuri, dan Shichigosan.
Nihyaku Tooka ( 二百十日)
Risshun secara harfiah berarti “awal musim semi”, yaitu posisi dimana matahari pertama dalam pembagian satu tahun menjadi 24 posisi matahari menurut kalender tradisional Asia Timur. Risshun dimulai ketika matahari mencapai bujur langit dan berakhir ketika matahari mencapai bujur langit . Istilah risshun dipakai untuk menyebut hari ketika matahari tepat berada di bujur langit .
Di Jepang, hari sebelum risshun disebut “setsubun”. Hari ke-88 dihitung sejak risshun disebut “hachijuhachiya”. Daun teh yang dipetik pada hari ke-88 setelah risshun tidak terkena embun beku dan dipercaya sebagai daun teh kelas satu. Hari ke-200 risshun disebut “nihyaku hatsuka”, sementara hari ke-210 setelah risshun adalah “nihyaku tooka”. Nihyaku Tooka berlangsung sekitar tanggal 1 atau 2 September. Pada waktu ini banyak angin topan datang. Angin ini dapat merusakkan padi yang membuat petani menjadi sangat khawatir.
Higan ( 彼岸 )
Higan merupakan suatu masa selama 7 hari dimana siang dan malam memiliki panjang waktu yang sama. Higan terjadi pada musim semi yaitu sekitar tanggal 21 atau 22 Maret yang disebut Shunbun no Hi dan higan yang juga terjadi pada musim gugur yaitu sekitar tanggal 23 atau 24 September disebut Shubun no Hi.
Higan sendiri berarti “pantai yang lain”. Selama higan berlangsung, orang-orang mengunjungi makam keluarganya (ohaka mairi) untuk membersihkan makam dengan membawa bunga, kemenyan, barang yang disukai almarhum sebagai persembahan. Upacara ini sering disebut “O-higan” yang diberi awalan “O” untuk membuatnya terdengar sopan.
Oleh karena higan merupakan hari atau waktu perubahan musiman, ada pepatah yang menyebutkan “atsusa samusa mo higan made” yang berarti “higan merupakan batas panas dan dingin”. Selama Aki no Higan berlangsung, pemandangan umum adalah “Higanbana” yaitu bunga yang mekar pada saat higan. Dalam Bahasa Inggris disebut sebagai “Red Spider Lily” atau dalam Bahasa Latin dinamakan “Amaryllis cluster”. Bunga ini tumbuh secara liar di jalan dan dibudidayakan dan ditanam di sekitar rumah dan sawah untuk mengurangi hama seperti tikus, sebab bunga ini tumbuh dari umbi yang sangat beracun.
Namun bunga ini sulit bahkan tidak ditemukan di toko-toko bunga sebab bunga yang berwarna merah darah ini mengingatkan masyarakat Jepang tentang kematian, dan mereka percaya bahwa bunga tersebut merupakan semangat reinkarnasi para leluhur mereka. Selain berwarna merah ada pula Higanbana yang berwarna putih.
Aki Matsuri ( 秋 祭り)
Dari bulan September sampai bulan Oktober, setiap daerah di seluruh Jepang melaksanakan perayaan musim gugur. Perayaan ini dilaksanakan di kuil Shintou untuk berterimakasih pada dewa atas hasil panen yang melimpah pada musim gugur. Orang-orang merayakannya dengan mempersembahkan padi dan hasil bumi lainnya untuk kuil Shintou. Di halaman kuil tersebut, mereka pun menari sambil membawa usungan. Tarian tersebut pun mereka persembahkan untuk para dewa. Sementara di dalam rumah, orang-orang membuat berbagai masakan lezat dan merayakan festival tersebut dengan makan bersama.
Shichigosan ( 七五三 )
Shichigosan adalah hari festivalnya anak-anak Jepang yang berumur 3 dan 7 tahun untuk anak perempuan dan 3 dan 5 tahun untuk anak laki-laki. Shichigosan sendiri berasal dari kata “shichi” yang berarti “tujuh”, “go” yang berarti “lima”, dan “san” yang berarti “tiga”. Ini adalah suatu tradisi yang pada umumnya dilakukan oleh semua anak-anak Jepang jika saatnya tiba bagi mereka, para orang tua akan membawa mereka ke kuil lengkap dengan dandanannya. Biasanya setiap tahun diadakan pada tanggal 15 November atau suatu hari di akhir pekan yang paling dekat dengan tanggal tersebut, karena Shichigosan bukan merupakan hari libur nasional Jepang.
Bagi masyarakat Jepang, umur 3, 5, dan 7 tahun dianggap sebagai umur yang sangat penting dalam pertumbuhan seorang anak dan dipercaya sebagai tonggak sejarah dalam kehidupan serta angka-angka ganjil menurut tradisi Tionghoa dipercaya membawa keberuntungan. Di jaman dulu, angka kematian sangat tinggi sehingga lahir tradisi merayakan anak-anak yang berhasil mencapai usia tertentu di kalangan keluarga petani di Jepang. Tradisi ini kemudian meluas ke kalangan samurai yang menambahkan sejumlah upacara.
Anak perempuan dan laki-laki yang sudah berumur 3 tahun mengikuti upacara “Kamioki” yang menandakan mereka mulai diijinkan untuk membiarkan rambutnya tumbuh karena sebelum umur 3 tahun mereka diharuskan memotong rambut dengan potongan tertentu. Anak laki-laki yang sudah berumur 5 tahun mengikuti upacara “Hakama Gi” yang menandai untuk pertama kalinya memakai “hakama” dan “haori” yang diikatkan di pinggang dan seperti rok panjang dibiarkan memanjang sampai kira-kira pergelangan kakinya untuk pertama kalinya di depan umum.
Sedangkan anak perempuan yang sudah berumur 7 tahun mengikuti upacara “Obitoki Himo Otoshi” yang menandai pergantian kimono yang dipakai anak perempuan, dari yang bertali biasa menjadi kimono berikut “obi” seperti yang digunakan orang dewasa. Kesempatan Shichigosan ini sering dijadikan sebagai kesempatan pertama bagi anak perempuan untuk merias wajah.
Ada hal menarik lainnya yaitu tentang “Chitose Ame” yang berarti “gula-gula seribu tahun/permen seribu tahun”. Gula-gula ini diberikan kepada anak-anak ketika hari Shichigosan. Bentuknya panjang dan tipis dengan warna agak putih dan merah yang melambangkan kesehatan dan umur panjang. Chitose Ame diberikan dalam tas yang dihiasi gambar burung bangau dan kura-kura yang melambangkan umur panjang di Jepang. Biasanya gula-gula dibungkus dengan lembaran seperti kertas yang terbuat dari nasi yang bisa dimakan. Namun jaman sekarang orang-orang lebih memilih yang praktis yaitu dibungkus dengan plastik biasa.
Menurut Kalender Tionghoa, hari ke-15 merupakan hari baik dan semua hal yang dilakukan di hari tersebut dipercaya membawa keberuntungan, dan bulan 11 merupakan bulan selesai panen. Orang jaman kuno pergi ke kuil di bulan purnama untuk berterimakasih atas pertumbuhan anak serta memohon perlindungan agar anak tetap sehat dan dapat tumbuh hingga dewasa.
Sejak Kalender Gregorian digunakan di Jepang, perayaan dilangsungkan pada 15 November. Di jaman sekarang, waktu membawa anak ke kuil sebagai Shichigosan sudah disesuaikan dengan waktu libur orang tua. Anak boleh dibawa ke kuil kapan saja di sepanjang bulan November dan tidak harus persis di tanggal 15 November. Di Hokkaidou dan daerah-daerah dengan musim dingin yang sangat dingin, udara sudah dingin di sekitar 15 November sehingga perayaan dilakukan sebulan lebih awal yaitu tanggal 15 Oktober.